Para Migran Kabur dari Tes COVID-19, Infeksi Merebak di Sabah Malaysia
Di semua daerah Sabah, Malaysia, warga yang tidak mempunyai kewarganegaraan dan beberapa migran ilegal larikan diri dari petugas kesehatan warga yang akan lakukan pengecekan COVID-19. Mereka kabur sebab takut ditahan atau dideportasi.
sabung ayam resmi tips menang mudah dalam bermain sabung ayam
Pengatasan COVID-19 di Sabah yang disebut posisi pemroduksi minyak sawit paling besar Malaysia, dipersulit oleh seputar satu juta migran ilegal dan warga tiada kewarganegaraan yang banyaknya sepertiga dari komunitas.
Sabah menyumbangkan nyaris 1/2 dari 54.775 masalah infeksi COVID-19 yang terdaftar di Malaysia. Petinggi kesehatan cemas akan masalah infeksi yang dapat jauh tambah jelek sebab beberapa orang pilih untuk menghindar pengecekan test COVID-19.
"Kami saksikan faksi berkuasa tiba dan kami lakukan apa yang terus kami kerjakan, (yakni) lari," kata Ahmad Han, seorang migran tidak memiliki dokumen yang tinggal di tepian area Semporna di Sabah, ke Reuters lewat telephone seperti diambil dari DW Indonesia, Selasa (24/11/2020).
Pada 17 November, nyaris seperlima dari masalah infeksi di negara sisi itu dialami orang asing, berdasar data pemerintahan yang didapat oleh Reuters. Mereka terhitung warga tradisi tiada kewarganegaraan dan pengungsi dan karyawan migran dari negara tetangga Filipina dan Indonesia, negara dalam jumlah masalah Virus Corona COVID-19 paling tinggi di Asia Tenggara.
Berdasar data dari Menteri Kabinet Sabah Masidi Manjun, daerahnya sudah menulis 192 masalah kematian karena COVID-19. Dari jumlah itu, 63 orang bahkan juga wafat saat sebelum terima perawatan, 40 salah satunya ialah orang asing.
"Banyak yang akan larikan diri setiap saat mereka menyaksikan perawat mengenakan seragam atau ambulans," kata Masidi, yang jubir negara sisi Sabah berkaitan permasalahan COVID-19, ke Reuters.
"Kami lagi usaha memberikan keyakinan mereka jika mereka tidak diamankan atau dideportasi saat jalani test COVID-19. Tapi tidak seluruhnya menyikapi 'dengan hangat'," sambungnya.
Perlakuan keras pemerintahan Malaysia pada migran tidak memiliki dokumen semenjak awalnya wabah jadi memperburuk ketakutan antara komune yang rawan terkena, kata barisan hak asasi manusia. Negara itu bahkan juga sudah meredam beberapa ribu orang, terhitung saat diterapkannya kuncian daerah, dengan fakta selaku usaha untuk membendung penebaran Virus Corona COVID-19.
Infeksi Virus Corona COVID-19 sudah alami kenaikan di Sabah, semenjak berjalannya penyeleksian umum di semua negara sisi itu di bulan September kemarin. Limitasi rutinitas masyarakat sudah berpengaruh pada produksi minyak sawit yang disebut export khusus Malaysia.
Kehilangan penghasilan sebab diterapkannya kuncian daerah dan tidak penuhi persyaratan untuk memperoleh tunjangan pemerintah, membuat beberapa migran ilegal tergantung pada pekerjaan sembarangan untuk tetap bertahan hidup. Mereka takut diminta jalani karantina sebab nanti banyak keluarga yang akan terlantar tanpa penghasilan setiap hari.
Seorang dokter di Sabah menjelaskan beberapa migran tunda cari perawatan bahkan juga sesudah mereka jatuh sakit, yang peluang berasal dari infeksi COVID-19 kronis. "Banyak yang tiba, cuman saat mereka alami kesusahan bernapas," kata dokter di Rumah Sakit Tawau di Sabah timur, yang menampik disebut namanya sebab staff di situ tidak berkuasa untuk bicara ke medium.
Menteri Masidi menjelaskan petinggi kesehatan bekerja dengan barisan sukarelawan dan kewenangan lokal untuk mencapai barisan rawan.
Di pulau-pulau di terlepas Semporna, komune pengembara laut Bajau Laut, yang sejumlah besar tidak mempunyai kewarganegaraan, cuman tampil sesudah petinggi kesehatan bekerja bersama dengan instansi kontribusi merayu mereka jalani pengecekan dengan imbalan penyukupan kebutuhan seperti beras, minyak, susu formulasi, dan sanitasi. Tapi sesudah mereka dites, banyak yang larikan diri sebab takut diisolasi di darat.
"Secara logistik, ini rintangan besar," kata Ahmad Kamil dari barisan sukarelawan Surah Al Falah yang berbasiskan di Sabah. "Banyak komune yang tinggal jauh di pedalaman atau di pulau-pulau terasing hingga susah untuk mencari contact atau bawa pasien ke sarana kesehatan."
Supaya tidak cemas dan depresi karena mengawasi terus menerus perubahan pandemi corona di tanah air, baca tips-nya di video di bawah ini!